Warung Makan Rendang boleh dibilang menjadi salah satu tempat kuliner yang cukup eksotik dan menyenangkan di wilayah Muara Enim. Rendang yang selama ini lebih dikenal sebagai makanan khas Sumatera Barat ternyata juga diolah secara menarik dan disajikan menjadi makanan khas Sumatera Selatan.
Pada Kamis (14/10) siang, panas terik membakar kota Muara Enim. Di salah satu lorong sempit di pusat kota tersebut, puluhan orang berjubel mengantre ke sebuah rumah makan yang lokasinya berada di suatu gang sempit.
Sepertinya benar pendapat sebagian masyarakat yang selalu mengatakan tempat kuliner yang bisa menyajikan sebuah masakan yang enak tetap akan dicari meskipun berada di lokasi terpencil. Hal inilah yang terjadi pada warung makan ”Rendang Datuk” di Jalan Pasar Kota, Muara Enim.
Dalam bahasa setempat, rendang datuk berarti rendang kering. Rendang tersebut dibuat dari daging sapi (empal) yang dikeringkan selama empat hari.
”Setelah setengah kering, baru kemudian bisa diproses menjadi rendang. Masakan rendang daging ini sangat sesuai jika disantap bersama pindang ikan maupun pindang tulang,” kata Rismaniar (40), pemilik rumah makan tersebut.
Ahli waris usaha
Rismaniar merupakan generasi kedua atau ahli waris usaha rumah makan yang didirikan oleh almarhum ayahnya, Min Nugraho, 20 tahun silam. Setelah kematian ayahnya lima tahun lalu, Rismaniar menjadi penerus usaha tersebut.
”Almarhum ibu sakit jadi tidak bisa meneruskan usaha ini. Setelah lulus sarjana, saya pikir-pikir kenapa tidak memanfaatkan peluang kerja yang sudah ada di depan mata,” ungkap ibu tiga anak tersebut.
Di tangan Rismaniar, perlahan-lahan usaha rumah makan tersebut mulai berkembang pesat. Langkah yang dilakukan antara lain rendang kering dicampuri abon sapi, serta dilengkapi dengan pindang patin dan pindang tulang. Dia juga mengubah racikan bumbu menjadi sedikit pedas dan berasam segar.
Butuh 30 kilogram
Jika kedua hal ini berhasil dipenuhi, Rismaniar yakin akan muncul kepercayaan dari pelanggan. Begitu pula dengan yang dialaminya saat menjalani bisnis rumah makan tersebut.
”Dua tahun lalu saya mulai mengubah bumbu dan cara penyajian. Hasilnya, pelanggan rumah makan ini melonjak tajam. Sampai-sampai, setiap hari saya harus berbelanja 30 kilogram daging sapi atau empal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,” katanya.
Harga satu porsi rendang kering yang ditawarkan pengelola rumah makan ”Rendang Datuk” ini cukup terjangkau bagi semua kalangan, yakni Rp 13.000. Jika ingin menambah sajian pelengkap seperti pindang patin atau pindang tulang, pelanggan tinggal menyiapkan uang Rp 7.000 saja. Jadi, total uang yang dibutuhkan untuk membeli rendang dan pindang itu tak lebih dari Rp 25.000.
”Perut sudah kenyang dan puas. Saya selalu mengajak istri makan rendang di sini karena rasanya bisa menggoyang lidah,” tutur Goffur (28), salah satu pelanggan yang ditemui di rumah makan tersebut.
Saking terkenalnya, pelanggan restoran tersebut ternyata tidak hanya berasal dari wilayah Muara Enim saja, tetapi dari berbagai kota/kabupaten di Sumsel lainnya. Menurut Rismaniar, dia sering menerima pelanggan dari perusahaan milik negara seperti PT Pertamina, PT Pusri, dan PT Bukit Asam.
”Biasanya, pelanggan dari kantoran ini mampir ke rumah makan saya ketika sedang berada dalam perjalanan dinas luar kota. Sebagian besar berasal dari Kota Palembang dan sebagian lainnya dari Kota Prabumulih. Pelanggan ini biasanya datang secara rombongan,” katanya.
Buka cabang
Saat ini, Rismaniar sedang berupaya untuk membuka cabang di Kota Palembang dan Prabumulih. Dia menargetkan kurang dari dua tahun, rencana pengembangan usaha itu bisa berjalan dengan baik.
Namun, saat ini Rismaniar masih terkendala penyiapan lahan. Menurut dia, sangat sulit untuk mencari lahan kosong di pusat kota Palembang dan Prabumulih. Padahal, lokasi merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu usaha.
0 komentar:
Posting Komentar